Sunday, March 23, 2014

Riung Gunung 
                           - Tell Tale and Exhibition -






Tell tale dan exhibition adalah kegiatan penutup dari acara Summer Camp Riung Gunung. Namun sebelum kedua kegiatan tersebut dilakukan, anak-anak mendapat hadiah spesial dari Sang Hyang Riung Gunung. Mereka diperbolehkan untuk menginap di Desa Kaki Langit. 


Wow! Apa itu Desa Kaki Langit?


Sesungguhnya yang di maksud dengan Desa Kaki Langit adalah Desa Ciburial, yang terletak di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Desa ini berada di ketinggian 1200 m dari permukaan laut. Pokoknya benar-benar ada di puncak bukit! Karena berada di dataran tinggi, maka suhu udara di tempat ini brrrrrrrrr.... terasa dingin sekali... 

Setiap kelompok akan menginap di rumah penduduk. Setiap rumah ditempati oleh 5 orang anak, 1 orang kakak play tutor, dan 2 orang kakak tim medis. Profesi para tuan rumah ini cukup beragam, ada yang petani, peternak, pedagang, hingga aparat desa. Tidak hanya keramahan yang disuguhkan oleh Desa Ciburial, akan tetapi banyak pula suguhan camilan yang enak-enak! Ada wedang jahe hangat, bakwan, tahu goreng, dan . . . pisang goreng yang dilumuri gula palem!! Whoaaaaaa, mata para penjelajah gunung langsung berbinar-binar. Kisah selanjutnya tentu sudah bisa di tebak bukan?

Kegiatan malam hari di Desa Kaki Langit di isi oleh acara api unggun. Pemandangan yang terlihat dari tempat acara sangat menakjubkan. Kita bisa melihat seluruh Kota Bandung. Serius. Seluruh Kota Bandung! Lampu-lampu di kota nampak berkelip indah, seakan tersenyum manis merayakan keberhasilan misi dan keberanian para penjelajah cilik. Gelak tawa dan celotehan ramai pun membumbung tinggi ke angkasa, mengirimkan asa bagi Sang Hyang Riung Gunung.


Ini adalah kali pertama saya bermalam dengan anak-anak. Pengalaman ini jelas tidak akan pernah terlupakan, karena banyak sekali kejadian luar biasa yang saya alami. Ada anak yang langsung terlelap tidur. Akan tetapi ada anak yang tidurnya senggol sana-sini, tendang sana-sini, dan tindih sana-sini. Ada pula anak yang menangis semalaman karena kangen dengan mama-nya dan . . .  pssstt . . .  ada yang mengompol juga lho. Alhasil saya harus turun tangan mengurus semua itu. ARGH! Gagal sudah rencana saya untuk "bobo cantik" dalam kantung tidur.  sigh.


Pagi hari di Desa Kaki Langit

Mentari mulai muncul di ufuk timur. Semesta raya mulai bernyanyi. Satu per satu anggota Penjelajah Gunung mulai bangun dari tidur lelapnya. Mereka langsung bersiap-siap untuk kembali berpetualang! Ya, pagi ini mereka akan mengikuti tuan rumah untuk beraktivitas layaknya penduduk desa. Para penjelajah di ajak memberi makan sapi, membeli tahu langsung di pabriknya, dan panen sayur mayur untuk makan siang langsung dari kebun! Yeaahhh, asik sekali!

Piknik kecil sambil panen sayur mayur

Layaknya pepatah lama, dimana ada perjumpaan pasti ada pula perpisahan. Begitu pun dengan petulangan di Desa Kaki Langit. Banyak penjelajah cilik yang merasa sedih harus kembali ke kota. Mereka kini menyadari bahwa desa bukanlah suatu tempat yang membosankan ataupun terbelakang. Faktanya adalah "desa merupakan penunjang kota". Jika tidak ada desa maka berbagai sayur mayur, daging sapi, tahu, dan telur di kota pun akan ikut menghilang. Belum lagi kontribusi desa bagi keseimbangan suhu udara dan ketersediaan air. Wah... pokoknya penting sekali! Jangan pernah meremehkan keberadaan desa yaaa.

Agenda penting selanjutnya adalah mempersiapkan pameran dan pementasan, untuk itu para penjelajah cilik harus kembali ke Selasar Sunaryo. Di tempat tersebut setiap kelompok harus menyelesaikan fasad bangunan untuk setiap lokasi. Sebagaimana yang kita ketahui, kelompok Penjelajah Gunung  mendapat bagian untuk mendesign daerah Tegal Lega. Semua anak langsung semangat menyelesaikan misi ini. Pengalaman bermalam di Desa Kaki Langit pun ikut mempengaruhi design fasad bangunan yang mereka buat. Misalnya saja, Aliyah dan Nita mendesign arena waterboom yang banyak hewannya. Jadi di bagian pinggir kolam renangnya kita bisa bermain kelinci atau naik kuda. Selain itu lantai kolam renangnya pun bisa berubah-ubah warna jika di injak-injak. Hahaha, kreatif sekali ya. Setelah selesai membangun "Tegal Lega di masa depan", para Penjelajah Gunung pun sibuk mempersiapkan pementasan. Wah . . . seperti apa yaa serunya ?

Tell tale peformance


Tell tale kelompok Penjelajah Gunung bercerita tentang keadaan sehari-hari kehidupan masyarakat di Kota Bandung. Mereka menggambarkan kemacetan, sampah yang menumpuk, ketidaknyamanan pasar tradisional, banjir, hingga taman bermain yang tidak terawat dari sudut pandang anak-anak. Sederhana, namun tetap menyentuh hati. Saya pribadi jujur sempat khawatir dengan pementasan ini, karena saat latihan mereka susah sekali untuk berkoordinasi. Akan tetapi rasa kekhawatiran saya dan Kak Apeng terjawab sudah. Penjelajah Gunung bisa tampil dengan baguuuusss sekaliiii. Saya dan Kak Apeng berkaca-kaca melihat penampilan mereka. Rasa senang, deg-deg'an, haru, lega, dan bangga menyelimuti hati ini. Ahhh . . . pokoknya tidak bisa dilukiskan lagi. Hangat sekali rasanya. Hati ini terasa hangat luar biasa. 

Pengalaman "merasa" yang saya alami saat Summer Camp Riung Gunung sangat kompleks, mulai dari panik, takut, marah, senang, bersemangat, kesal, hingga haru. Banyak pula perasaan baru lain yang hadir tanpa saya tahu harus didefinisikan seperti apa. Banyak hal yang saya pelajari. Pernyataan yang klise memang, tapi itulah adanya. Saya belajar untuk mengesampingkan ego dan ekspektasi pribadi saat anak sedang berproses. Saya belajar untuk berpikir sederhana dan menyenangkan. Saya belajar menyelesaikan pertikaian. Saya belajar untuk mengurangi sumpah-serapah tak perlu. Saya belajar untuk lebih sering tersenyum. Saya belajar menghargai ide dan keputusan. Dan tentunya . . . saya belajar sabar. Lebih bersabar.

Oh iya, 
pasti banyak yang penasaran, seperti apa sih keseruan Riung Gunung?


Ini dia video super kece Riung Gunung


created by Lukman Hakim






with  hug,
Indah Budi Utari

No comments:

Post a Comment