Showing posts with label berkarya. Show all posts
Showing posts with label berkarya. Show all posts

Saturday, January 17, 2015

to feel Homey




Setiap manusia,
(walaupun hanya sekali)
 setidaknya harus pernah merasakan merantau. 



Perantauan saya yang pertama adalah saat memasuki dunia kuliah. Saya menyewa sebuah kamar mungil tak jauh dari kampus. Kamar mungil ini (atau sebut saja kost'an), sangat jauh dari kesan mewah; tanpa Air Conditioning system, tanpa water heater gas, bahkan shared bathroom. Tumpukan tugas kuliah yang memaksa diri untuk jarang pulang, membuat saya harus memutar otak bagaimana caranya "to make my room feel homey" -dengan budget yang terbatas tentunya. 


,dan 5 cara ini setidaknya cukup berguna


Play with colours and texture
Pemilihan warna dinding ruangan yang tepat akan mempengaruhi atmosfer kenyamanan. Be smart, choose comfort over style. Pilihlah warna-warna pucat yang lembut, sehingga dapat merefleksikan cahaya dan membuat ruangan tampak lebih luas. Butter yellow, pale gold, soft peach, dan dusty rose adalah warna terang yang dapat digunakan; sedangkan chocolate brown, brick red, terra cotta, dan eggplant adalah contoh pilihan untuk warna yang lebih gelap.

Kick up a neutral palette with texture. Tekstur di sini dapat berupa kain, aksen furniture, ataupun kombinasi material lain (misalnya; washi tape). Fabric and washi tape do wonders. Trust me.


My Room



Add personalized artwork
Add personal touches throughout your room with artwork. Whether you create it yourself or buy from a local artist. I’m personally love to do some upgrading with DIY project. Starting from made a bracelet holder from used bottle, til' a molecule wall art from washi tape. Akan tetapi, tidak semua manusia terlahir dengan tangan yang crafty bukan?, maka membeli karya seni adalah solusinya. Karya seni dengan harga paling terjangkau adalah dalam bentuk kartu pos!  Ya, kartu pos. Mereka bisa menjadi hiasan ruangan yang baik, entah itu dengan cara di pigura ataupun langsung ditempel begitu saja…


Andy Warhol and Ika Vantiani Postcard


Invest in bedding and lightning
Since it’s the space you’ll spend the most time curl up in, it makes sense to spend a little more on bedding and lightning. Sprei dan bedcover adalah dua barang yang tidak bisa dipilih dengan sembrangan. Sebaiknya, gunakan kain katun atau linen. Lebih mahal tak mengapa, yang penting nyaman. Sedangkan untuk lightning, maka lampu fluorescent (lampu TL) dapat dijadikan pilihan. Lampu ini lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar. Selain itu, lampu fluorescent yang baik (merk bagus), bisa bertahan hingga 15.000 jam atau setara dengan 10 tahun pemakaian.


Warm it up with nature elements and vintage stuff
Budget yang terbatas bukanlah suatu hambatan. Sering-seringlah mampir ke pasar loak, toko barang bekas, ataupun acara garage sale. Banyak barang-barang ajaib yang murah meriah. One man's junk is another man's treasure! Sering-seringlah berjalan kaki lambat-lambat. Perhatikan sekitar. Pasti ada bunga-bunga kecil manis ataupun ranting patah yang menawan. Instead of purchasing artificial branches or highly cost arrangement, they can be a perfect tabletop vignette.


A Test Tube Rack from Flea Market


Make your bed every (!) day (!)
I know. It is easy to say, but damn hard to do. 






with  hug,
Indah Budi Utari

Sunday, March 23, 2014

Riung Gunung 
                           - Tell Tale and Exhibition -






Tell tale dan exhibition adalah kegiatan penutup dari acara Summer Camp Riung Gunung. Namun sebelum kedua kegiatan tersebut dilakukan, anak-anak mendapat hadiah spesial dari Sang Hyang Riung Gunung. Mereka diperbolehkan untuk menginap di Desa Kaki Langit. 


Wow! Apa itu Desa Kaki Langit?


Sesungguhnya yang di maksud dengan Desa Kaki Langit adalah Desa Ciburial, yang terletak di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Desa ini berada di ketinggian 1200 m dari permukaan laut. Pokoknya benar-benar ada di puncak bukit! Karena berada di dataran tinggi, maka suhu udara di tempat ini brrrrrrrrr.... terasa dingin sekali... 

Setiap kelompok akan menginap di rumah penduduk. Setiap rumah ditempati oleh 5 orang anak, 1 orang kakak play tutor, dan 2 orang kakak tim medis. Profesi para tuan rumah ini cukup beragam, ada yang petani, peternak, pedagang, hingga aparat desa. Tidak hanya keramahan yang disuguhkan oleh Desa Ciburial, akan tetapi banyak pula suguhan camilan yang enak-enak! Ada wedang jahe hangat, bakwan, tahu goreng, dan . . . pisang goreng yang dilumuri gula palem!! Whoaaaaaa, mata para penjelajah gunung langsung berbinar-binar. Kisah selanjutnya tentu sudah bisa di tebak bukan?

Kegiatan malam hari di Desa Kaki Langit di isi oleh acara api unggun. Pemandangan yang terlihat dari tempat acara sangat menakjubkan. Kita bisa melihat seluruh Kota Bandung. Serius. Seluruh Kota Bandung! Lampu-lampu di kota nampak berkelip indah, seakan tersenyum manis merayakan keberhasilan misi dan keberanian para penjelajah cilik. Gelak tawa dan celotehan ramai pun membumbung tinggi ke angkasa, mengirimkan asa bagi Sang Hyang Riung Gunung.


Ini adalah kali pertama saya bermalam dengan anak-anak. Pengalaman ini jelas tidak akan pernah terlupakan, karena banyak sekali kejadian luar biasa yang saya alami. Ada anak yang langsung terlelap tidur. Akan tetapi ada anak yang tidurnya senggol sana-sini, tendang sana-sini, dan tindih sana-sini. Ada pula anak yang menangis semalaman karena kangen dengan mama-nya dan . . .  pssstt . . .  ada yang mengompol juga lho. Alhasil saya harus turun tangan mengurus semua itu. ARGH! Gagal sudah rencana saya untuk "bobo cantik" dalam kantung tidur.  sigh.


Pagi hari di Desa Kaki Langit

Mentari mulai muncul di ufuk timur. Semesta raya mulai bernyanyi. Satu per satu anggota Penjelajah Gunung mulai bangun dari tidur lelapnya. Mereka langsung bersiap-siap untuk kembali berpetualang! Ya, pagi ini mereka akan mengikuti tuan rumah untuk beraktivitas layaknya penduduk desa. Para penjelajah di ajak memberi makan sapi, membeli tahu langsung di pabriknya, dan panen sayur mayur untuk makan siang langsung dari kebun! Yeaahhh, asik sekali!

Piknik kecil sambil panen sayur mayur

Layaknya pepatah lama, dimana ada perjumpaan pasti ada pula perpisahan. Begitu pun dengan petulangan di Desa Kaki Langit. Banyak penjelajah cilik yang merasa sedih harus kembali ke kota. Mereka kini menyadari bahwa desa bukanlah suatu tempat yang membosankan ataupun terbelakang. Faktanya adalah "desa merupakan penunjang kota". Jika tidak ada desa maka berbagai sayur mayur, daging sapi, tahu, dan telur di kota pun akan ikut menghilang. Belum lagi kontribusi desa bagi keseimbangan suhu udara dan ketersediaan air. Wah... pokoknya penting sekali! Jangan pernah meremehkan keberadaan desa yaaa.

Agenda penting selanjutnya adalah mempersiapkan pameran dan pementasan, untuk itu para penjelajah cilik harus kembali ke Selasar Sunaryo. Di tempat tersebut setiap kelompok harus menyelesaikan fasad bangunan untuk setiap lokasi. Sebagaimana yang kita ketahui, kelompok Penjelajah Gunung  mendapat bagian untuk mendesign daerah Tegal Lega. Semua anak langsung semangat menyelesaikan misi ini. Pengalaman bermalam di Desa Kaki Langit pun ikut mempengaruhi design fasad bangunan yang mereka buat. Misalnya saja, Aliyah dan Nita mendesign arena waterboom yang banyak hewannya. Jadi di bagian pinggir kolam renangnya kita bisa bermain kelinci atau naik kuda. Selain itu lantai kolam renangnya pun bisa berubah-ubah warna jika di injak-injak. Hahaha, kreatif sekali ya. Setelah selesai membangun "Tegal Lega di masa depan", para Penjelajah Gunung pun sibuk mempersiapkan pementasan. Wah . . . seperti apa yaa serunya ?

Tell tale peformance


Tell tale kelompok Penjelajah Gunung bercerita tentang keadaan sehari-hari kehidupan masyarakat di Kota Bandung. Mereka menggambarkan kemacetan, sampah yang menumpuk, ketidaknyamanan pasar tradisional, banjir, hingga taman bermain yang tidak terawat dari sudut pandang anak-anak. Sederhana, namun tetap menyentuh hati. Saya pribadi jujur sempat khawatir dengan pementasan ini, karena saat latihan mereka susah sekali untuk berkoordinasi. Akan tetapi rasa kekhawatiran saya dan Kak Apeng terjawab sudah. Penjelajah Gunung bisa tampil dengan baguuuusss sekaliiii. Saya dan Kak Apeng berkaca-kaca melihat penampilan mereka. Rasa senang, deg-deg'an, haru, lega, dan bangga menyelimuti hati ini. Ahhh . . . pokoknya tidak bisa dilukiskan lagi. Hangat sekali rasanya. Hati ini terasa hangat luar biasa. 

Pengalaman "merasa" yang saya alami saat Summer Camp Riung Gunung sangat kompleks, mulai dari panik, takut, marah, senang, bersemangat, kesal, hingga haru. Banyak pula perasaan baru lain yang hadir tanpa saya tahu harus didefinisikan seperti apa. Banyak hal yang saya pelajari. Pernyataan yang klise memang, tapi itulah adanya. Saya belajar untuk mengesampingkan ego dan ekspektasi pribadi saat anak sedang berproses. Saya belajar untuk berpikir sederhana dan menyenangkan. Saya belajar menyelesaikan pertikaian. Saya belajar untuk mengurangi sumpah-serapah tak perlu. Saya belajar untuk lebih sering tersenyum. Saya belajar menghargai ide dan keputusan. Dan tentunya . . . saya belajar sabar. Lebih bersabar.

Oh iya, 
pasti banyak yang penasaran, seperti apa sih keseruan Riung Gunung?


Ini dia video super kece Riung Gunung


created by Lukman Hakim






with  hug,
Indah Budi Utari

Friday, July 12, 2013

Riung Gunung 
                           - Co Design Workshop -





Co design workshop adalah kegiatan kedua di mana anak-anak peserta Summer Camp Riung Gunung diajak untuk berpikir kreatif dan visioner dalam menanggapi keadaan kota yang telah mereka jelajahi. Kegiatan ini dilakukan di Selasar Sunaryo Art Space. Merumuskan Kota Bandung impian yang ideal di tahun 2035 tentunya bukan perkara mudah, apalagi jika yang harus melakukannya adalah anak-anak. Proses sensitication yang telah mereka lakukan selama tiga hari berpetualang merupakan bekal utama dalam proses workshop. Output yang diharapkan adalah karya berupa rancangan design bangunan, tata letak elemen perkotaan, ataupun sistem penunjang kehidupan. Yaaaa . . . tentunya dalam konteks ala anak-anak. 


Professor Plano dan Anak-anak
Foto: Selasar Sunaryo Art Space

Kelompok Penjelajah Gunung mendapat bagian untuk mendesign daerah Tegal Lega. Awalnya dilakukan review terlebih dahulu dari kegiatan city adventure. Anak-anak diajak untuk mengkritisi elemen perkotaan yang ada, yaitu dengan memberikan pendapat tentang "Apa yang menyenangkan" dengan "Apa yang tidak menyenangkan" dari setiap elemen kota. Tahapan selanjutnya adalah anak-anak di beri beberapa kartu yang berisi permasalahan kota, contohnya seperti masalah banjir dan semakin berkurangnya RTH. Mereka kemudian di ajak untuk memberikan solusi di setiap masalah, yang nantinya harus diaplikasikan pada setiap elemen kota. Tahapan ketiga adalah  mendesign penempatan dan ukuran wilayah elemen kota yang akan mereka bangun dengan menggunakan bubble beragam ukuran dan warna.

Jadi pada akhirnya, setiap anak akan bebas merancang satu jenis elemen kota yang telah di design untuk menjadi solusi dari permasalahan tertentu. Misalnya saja Aliyah mendesign rumah pohon yang dapat dijadikan sebagai tempat beristirahat bagi para pengguna jalan. Rencana mengenai ukuran dan penempatan lokasi rumah pohon tersebut direpresentasikan dengan cara menempelkan bubble di setiap persimpangan jalan. Keren kaan ?!?!

Penjelajah Gunung melakukan review city adventure
Foto: Selasar Sunaryo Art Space

Penjelajah Gunung mendiskusikan kartu masalah
Foto: Selasar Sunaryo Art Space

Naila dan Aliyah menempatkan bubble rancangan di wilayah Tegal lega.
Foto: Selasar Sunaryo Art Space

Bekerja sama dengan anak-anak itu efek kejutannya luaaaaaaaaaaaarr angkasa! Mereka sangat mudah sekali merasa bosan dan bila itu terjadi, maka setiap anak akan merespon secara berbeda-beda. Foto-foto di atas pasti memperlihatkan suasana yang menyenangkan dan aman terkendali  bukan? Setiap anak nampak asik berdiskusi dan bisa bekerja sama membangun kota impian. Namun pada kenyataannya?? God... It was chaos!  Trully chaos !

Anak-anak ternyata tidak bisa jika harus berdiam diri di satu ruangan saja dan mengerjakan suatu hal secara kontinue selama seharian penuh. Se-sederhana dan se-atraktif apapun metode workshop dan penyampaian materi sudah di design, tetap saja naluri alamiah mereka adalah bermain. Workshop hanya dapat bertahan baik hingga tahapan pertama saja, selanjutnya? Hanya 3 anak yang masih fokus dan sisanya sudah berlari-lari liar!!!! 


Titik genting terjadi saat Apeng mengajak Aidan yang berlarian supaya kembali ke lingkaran kelompok dan fokus. Namun setelah Aidan kembali duduk dalam kelompok sambil di rengkuh Apeng, Ia malah menaiki Apeng dari belakang, berontak, dan menggigit tangan Apeng. Saat Apeng berteriak kaget dan kesakitan, sepersekian detik pula play tutor lain memanggil nama saya, karena Aini ternyata membuat kegaduhan di kelompok lain. Arrrrrgghhhhhhh !!!!!!!! Freakin' Out of Control !!!!!

Sesungguhnya goal dari workshop hari pertama adalah setiap anak sudah mulai membuat fasad sederhana setiap bangunan, dengan target 15 bangunan untuk setiap kelompok. Namun, kondisi yang sudah tidak terkendali membuat play tutor di setiap kelompok angkat tangan. Saat acara evaluasi workshop hari pertama, saya dan Apeng merasa sangat "tidak kompeten" sebagai play tutor karena tidak bisa menghandle kelompok dengan baik. Kelompok kami masih jauh sekali dari target. Hemmphh... sedih sekali rasanya. Rapat evaluasi akhirnya menghasilkan kebijakan berupa perubahan run down 
workshop untuk hari kedua serta adanya inisiasi berupa fasilitator diskusi ke setiap kelompok.

Sepulangnya dari evaluasi 
workshop hari pertama, kami bahkan masih melakukan diskusi privat dengan Mba' Dan. Ia adalah seorang praktisi pendidikan yang jam terbangnya sudah tak perlu diragukan lagi. Saya dan Apeng menyadari bahwa beban yang kami rasakan sebenarnya berasal dari rasa ekspektasi. Tidak munafik, masing-masing dari kami tentunya sudah berekspektasi dengan output karya yang akan dihasilkan oleh anak-anak. Namun saat menghadapi mereka yang tidak kooperatif maka semua menjadi runyam dan membakar habis segala bentuk ekspektasi di dalam kepala. Kami akhirnya di bantu membuat langkah-langkah penanganan khusus bagi beberapa anak yang tidak bisa kooperatif dalam kelompok. Ribuan ucapan terima kasih nampaknya tidak cukup untuk menggambarkan betapa terbantunya kami. I just crossed my fingers for the next workshop. Rasanya semua cara sudah saya lakukan, tapi tentu saja mood anak-anak itu tidak dapat di prediksi. Apeng berulang-ulang menyuntikan mantra semangat, "Stay positif! Stay positif!". Thanks God... I had him as my team mate.

And.... Yes! A miracle does exist! W
orkshop hari kedua dapat berjalan dengan baik !!! 

Sebelum acara dimulai, saya mengajak setiap anak yang "spesial" untuk melakukan pembicaraan personal terkait dengan komitmen mereka untuk berkegiatan. Hal tersebut membuahkan hasil yang positif. Para Penjelajah Gunung bisa kembali kompak dan semangat!! Yeaaaaayyy !!!! Fasad bangunan pun dapat di buat dengan menyenangkan. Haaaaaah... rasanya sangat senang sekali !!!!!!

Anak-anak pun di beri hadiah spesial oleh Sang Hyang Riung Gunung, yaitu ...
Menginap di Desa Kaki Langit!





Waaah... apa itu desa kaki langit ?
Tunggu episode terakhir Riung Gunung yaaa!






with  hug,
Indah Budi Utari

Wednesday, July 10, 2013


Riung Gunung 
                                  - City Adventure -





Hanya mereka yang benar-benar ingin mendengarkan suara 
Ruh Kota lah yang bisa mendengarnya...



Riung Gunung adalah program Summer Camp 2013 dari Sahabat Kota. Acara ini sesungguhnya bertujuan untuk menyuarakan visi dan misi dari warga kota, yang dalam perencanaan kota masih jarang didengarkan. Siapakah warga kota tersebut? Ya, mereka adalah anak-anak. Lantas... mengapa harus menggunakan ide dan konsep dari anak-anak? Alasannya adalah karena kelak dalam 20 hingga 30 tahun yang akan datang Kota Bandung akan dipimpin oleh anak-anak generasi sekarang. Tentunya bukan hal yang muluk bukan, apabila kita mulai mendengar suara mereka mengenai kota impian yang nyaman di tahun 2035.

Sebagai langkah awal, anak-anak harus memahami dan peka terhadap kondisi berbagai elemen perkotaan yang ada. Proses ini dilakukan melalui city adventure selama 3 hari. Mereka diajak untuk mengeksplorasi elemen perkotaan berupa wisma, marga, suka, karya, dan penyempurna. Pemahaman akan hal tersebut dilakukan dengan metode personifikasi, dimana seluruh elemen dipersonifikasikan menjadi patih-patih yang membantu sang Ruh Kota. Eh, siapa itu Ruh Kota ?

Alkisah diceritakan bahwa Kota Bandung memiliki Ruh yang bernama Sang Hyang Riung Gunung. Saat ini sang Ruh Kota sedang sakit karena semakin banyak warga yang tidak ramah dan mencampakan kotanya. Anak-anak kemudian diajak untuk menemukan jejak para patih melalui misi-misi penjelajahan. Misi tersebut harus dilakukan agar kita dapat menyelamatkan Sang Hyang Riung Gunung. Waaah....seru bangettt kaaan ?!?!

Saya berperan sebagai play tutor yang mendampingi anak-anak bermain dan menyelesaikan misi. Persiapan sebagai play tutor sudah dilakukan sejak jaaauuuuuuuh hari. Berbagai workshop dan pelatihan harus diikuti oleh para play tutor, mulai dari education for sustainable developmentcity planning, child handling, eksplorasi games, design thinking, hingga performance dan creativity. Seluruh workshop di kemas apik selama 6 bulan. Mantaaap banget kan?!?! 

Suntikan materi tersebut jelas dibutuhkan, karena para play tutor berasal dari beragam latar belakang pendidikan. Hanya karena kecintaan pada anak-anak (dan mungkin modus liburan gratis) lah yang menjadi kesamaan diantara kami, hahahahaha.... Pasangan play tutor saya adalah Apeng, seorang mahasiswa design produk. Ia sudah pernah terlibat dalam Summer Camp di tahun lalu. Namun bagi saya, ini akan menjadi pengalaman pertama liburan menjelajah kota bersama anak-anak yang berusia 8-12 tahun selama 6 hari penuh. Gugup banget rasanya! -Man... I really.really.really don't have any idea about what's gonna happen.

Saat seluruh anak anggota kelompok sudah berkumpul, secara mufakat mereka memilih menggunakan nama "Penjelajah Gunung". Melihat cara mereka berdiskusi dan berinteraksi, otak saya refleks berteriak, "Ampuuuuuun Jendraaal !!! Kelompok gue ajib amat !!!".

Jujur saya kaget dengan komposisi anak-anaknya. Karakter mereka sangat di luar dugaan, mulai dari yang spoiled baby boy, introvert, super kritis, sangat kinestetik, defisiensi kemampuan bersosialisasi, krisis pubertas, hingga yang drama queen.
Astaga...




Para Penjelajah Gunung



Terlepas dari Aini yang sedang demam dan cukup membuat flow kelompok kepayahan, hari pertama city adventure berlangsung sukses. Anak-anak diajak mengeksplorasi wilayah pemukiman padat di Babakan Ciamis (elemen wisma). Misinya adalah melakukan wawancara dengan penduduk untuk mengetahui keseharian, keadaan pemukiman, serta urban mobility dari warga kota. Penjelajahan selanjutnya adalah mengunjungi Parental Advisory (elemen penyempurna) yang memiliki yayasan AdikKaka untuk mengedukasi anak-anak dari kalangan menengah ke bawah. Proses edukasi di tempat tersebut sangat unik karena para peserta didiknya diajarkan cara berwirausaha ala urban. Apa itu usaha urban? Hemmm ... ternyata peserta didik Yayasan tersebut diajarkan cara menyablon. Kemampuan ini diharapkan dapat menjadi senjata penghidupan mandiri, tanpa harus mengamen atau mengemis di jalanan. Kelompok Penjelajah Gunung pun sempat mencoba menyablon kaos sendiri. Pada akhirnya mereka menyadari bahwasanya proses belajar itu tidak melulu harus dalam gedung yang bernama sekolah.   

Wawancara dengan Ibu Enok, warga Babakan Ciamis

Belajar menyablon di Parental Advisory

City adventure di hari kedua berjalan lebih seru! Pasalnya anak-anak diajak untuk naik kereta api !! (elemen marga). Ya, mereka berpetualang ke daerah Kiara Condong. Banyak diantara mereka yang belum pernah menggunakan kereta api ekonomi, karena 80% peserta Summer Camp ini berasal dari keluarga yang berkecukupan. Misi kemudian dilanjutkan ke Pasar Tradisional Kiara Condong (elemen karya). Para Penjelajah Gunung harus menyelesaikan misi mengenai "asal muasal wortel". Mereka diajak untuk menelusuri jalur wortel mulai dari awal di tanam hingga bisa siap untuk di jual, dengan cara bertanya dari pedagang yang satu ke pedagang yang lainnya. Perjalanan pun dilanjutkan ke Puskesmas Ibrahim Adjie (elemen penyempurna). Anak-anak kembali di beri misi untuk mengetahui alur pelayanan Puskesmas dan melakukan general check up. Banyak yang kaget lho... dengan betapa murahnya tarif pengobatan di Puskesmas, hahahaha... Berita menyedihkan pun hadir di hari kedua, karena Azriel jatuh sakit dan terpasaksa tidak melanjutkan petualangannya. 

Mencari jejak asal muasal wortel
Check up di Puskesmas

Hari ketiga adalah saat dimana bounding antar anggota kelompok sudah menjadi lebih kuat. Yaaa... bagus sih memang, tapi disinilah mulai terjadinya masalah the raising of drama queen. Layaknya anak pada usia menjelang remaja, ada anggota kelompok yang lagi hobi-hobinya bergosip. Memfokuskan dan mengkondisikan anak-anak untuk menerima materi mengenai Tempat Pembuangan Sampah sementara (elemen penyempurna) dan Ruang Terbuka Hijau (elemen suka) menjadi lebih sulit 5x lipat dibandingkan dengan hari sebelumnya. Jangankan baris rapih, bisa saling duduk bersebelahan tanpa konflik pun sudah berkah rasanya. Satu-satunya kegiatan yang sangat spesial dan bisa membuat mereka amnesia sesaat akan konflik intern kelompok adalah saat menaiki menara teratas Gedung Sate Bandung. Whooooaaa!!!! Pemandangannya super keren banget! Hanya tamu khusus lho yang diperkenankan ke sana. Anak-anak kemudian diajak untuk melakukan envisioning tentang Kota Bandung di tahun 2035.

TPS terpadu Sabuga

Setiap harinya anak-anak melakukan sensitization secara bergantian, yaitu dengan melakukan role play indera. Setiap anak di beri tugas menjadi mata/ telinga/ hidung/ tangan/ memori. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kepekaan anak. Apalah artinya berbagai materi mengenai elemen kota jika mereka tetap tidak peka dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Proses "merasa" dengan menggunakan indera diharapkan dapat membangunkan kembali kepekaan sosial mereka. Permasalahan yang mereka temui kemudian di "memori" kan melalui foto. Berbagai foto-foto di atas adalah contoh dari hasil sensitization. Penasaran dengan hasil foto-foto lainnya dari Penjelajah Gunung? Silahkan klik di sini yaaa. 

Saya banyak sekali belajar dari city adventure selama 3 hari ini. Saya berproses mengenai banyak hal. Merasa sangat bersyukur sekali bisa berpartner dengan Apeng, yang sangat kooperatif. Flow perasaan kami saat bersama anak-anak sudah bukan naik turun lagi, tapi sudah bungee jumping !!!!!!!!  

Whohooooo.... Sudah tak terhitung lagi berapa kali kami harus mendetensi diri sendiri untuk mundur dari kelompok sesaat, hanya demi minum perlahan, bernapas perlahan, dan mengatur denyut nadi agar kembali perlahan, hahahahahaha!! What an epic adventure!!


Oh iya, masih ada 2 episode Riung Gunung lagi nih!
Penasaran ?!?






with  hug,
Indah Budi Utari

Monday, May 27, 2013


In Collaboration 





A provocative interplay between art and science is not only possible, 
but inevitable and necessary as well.
Because as a scientist, I often stuggle to explain my work to the society.


This infographic is excellent visual tool for explaining huge amounts of information about "Babakan Siliwangi". I was worked as a research team with Mr. Djuandi, a herbarium curator from SITH-ITB. Researching data is a very lengthy procedure because we have to obtain correct data from various biological aspects in that place. My friends, Amanda and Alim, were worked as a designer. The creation process itself is pretty intensive, because they must be able to create a strong visual impact that precisely shows the information in a way that is rational and still blend with the overall design. 


So, what do you think about this artwork ?






with  hug,
Indah Budi Utari





Saturday, February 23, 2013

Kelas Inspirasi 2013
as a photo-taker.



You are never too old to set another goal,
or to dream a new dream
- C.S. Lewis 
























with  hug,
Indah Budi Utari