Wednesday, July 10, 2013


Riung Gunung 
                                  - City Adventure -





Hanya mereka yang benar-benar ingin mendengarkan suara 
Ruh Kota lah yang bisa mendengarnya...



Riung Gunung adalah program Summer Camp 2013 dari Sahabat Kota. Acara ini sesungguhnya bertujuan untuk menyuarakan visi dan misi dari warga kota, yang dalam perencanaan kota masih jarang didengarkan. Siapakah warga kota tersebut? Ya, mereka adalah anak-anak. Lantas... mengapa harus menggunakan ide dan konsep dari anak-anak? Alasannya adalah karena kelak dalam 20 hingga 30 tahun yang akan datang Kota Bandung akan dipimpin oleh anak-anak generasi sekarang. Tentunya bukan hal yang muluk bukan, apabila kita mulai mendengar suara mereka mengenai kota impian yang nyaman di tahun 2035.

Sebagai langkah awal, anak-anak harus memahami dan peka terhadap kondisi berbagai elemen perkotaan yang ada. Proses ini dilakukan melalui city adventure selama 3 hari. Mereka diajak untuk mengeksplorasi elemen perkotaan berupa wisma, marga, suka, karya, dan penyempurna. Pemahaman akan hal tersebut dilakukan dengan metode personifikasi, dimana seluruh elemen dipersonifikasikan menjadi patih-patih yang membantu sang Ruh Kota. Eh, siapa itu Ruh Kota ?

Alkisah diceritakan bahwa Kota Bandung memiliki Ruh yang bernama Sang Hyang Riung Gunung. Saat ini sang Ruh Kota sedang sakit karena semakin banyak warga yang tidak ramah dan mencampakan kotanya. Anak-anak kemudian diajak untuk menemukan jejak para patih melalui misi-misi penjelajahan. Misi tersebut harus dilakukan agar kita dapat menyelamatkan Sang Hyang Riung Gunung. Waaah....seru bangettt kaaan ?!?!

Saya berperan sebagai play tutor yang mendampingi anak-anak bermain dan menyelesaikan misi. Persiapan sebagai play tutor sudah dilakukan sejak jaaauuuuuuuh hari. Berbagai workshop dan pelatihan harus diikuti oleh para play tutor, mulai dari education for sustainable developmentcity planning, child handling, eksplorasi games, design thinking, hingga performance dan creativity. Seluruh workshop di kemas apik selama 6 bulan. Mantaaap banget kan?!?! 

Suntikan materi tersebut jelas dibutuhkan, karena para play tutor berasal dari beragam latar belakang pendidikan. Hanya karena kecintaan pada anak-anak (dan mungkin modus liburan gratis) lah yang menjadi kesamaan diantara kami, hahahahaha.... Pasangan play tutor saya adalah Apeng, seorang mahasiswa design produk. Ia sudah pernah terlibat dalam Summer Camp di tahun lalu. Namun bagi saya, ini akan menjadi pengalaman pertama liburan menjelajah kota bersama anak-anak yang berusia 8-12 tahun selama 6 hari penuh. Gugup banget rasanya! -Man... I really.really.really don't have any idea about what's gonna happen.

Saat seluruh anak anggota kelompok sudah berkumpul, secara mufakat mereka memilih menggunakan nama "Penjelajah Gunung". Melihat cara mereka berdiskusi dan berinteraksi, otak saya refleks berteriak, "Ampuuuuuun Jendraaal !!! Kelompok gue ajib amat !!!".

Jujur saya kaget dengan komposisi anak-anaknya. Karakter mereka sangat di luar dugaan, mulai dari yang spoiled baby boy, introvert, super kritis, sangat kinestetik, defisiensi kemampuan bersosialisasi, krisis pubertas, hingga yang drama queen.
Astaga...




Para Penjelajah Gunung



Terlepas dari Aini yang sedang demam dan cukup membuat flow kelompok kepayahan, hari pertama city adventure berlangsung sukses. Anak-anak diajak mengeksplorasi wilayah pemukiman padat di Babakan Ciamis (elemen wisma). Misinya adalah melakukan wawancara dengan penduduk untuk mengetahui keseharian, keadaan pemukiman, serta urban mobility dari warga kota. Penjelajahan selanjutnya adalah mengunjungi Parental Advisory (elemen penyempurna) yang memiliki yayasan AdikKaka untuk mengedukasi anak-anak dari kalangan menengah ke bawah. Proses edukasi di tempat tersebut sangat unik karena para peserta didiknya diajarkan cara berwirausaha ala urban. Apa itu usaha urban? Hemmm ... ternyata peserta didik Yayasan tersebut diajarkan cara menyablon. Kemampuan ini diharapkan dapat menjadi senjata penghidupan mandiri, tanpa harus mengamen atau mengemis di jalanan. Kelompok Penjelajah Gunung pun sempat mencoba menyablon kaos sendiri. Pada akhirnya mereka menyadari bahwasanya proses belajar itu tidak melulu harus dalam gedung yang bernama sekolah.   

Wawancara dengan Ibu Enok, warga Babakan Ciamis

Belajar menyablon di Parental Advisory

City adventure di hari kedua berjalan lebih seru! Pasalnya anak-anak diajak untuk naik kereta api !! (elemen marga). Ya, mereka berpetualang ke daerah Kiara Condong. Banyak diantara mereka yang belum pernah menggunakan kereta api ekonomi, karena 80% peserta Summer Camp ini berasal dari keluarga yang berkecukupan. Misi kemudian dilanjutkan ke Pasar Tradisional Kiara Condong (elemen karya). Para Penjelajah Gunung harus menyelesaikan misi mengenai "asal muasal wortel". Mereka diajak untuk menelusuri jalur wortel mulai dari awal di tanam hingga bisa siap untuk di jual, dengan cara bertanya dari pedagang yang satu ke pedagang yang lainnya. Perjalanan pun dilanjutkan ke Puskesmas Ibrahim Adjie (elemen penyempurna). Anak-anak kembali di beri misi untuk mengetahui alur pelayanan Puskesmas dan melakukan general check up. Banyak yang kaget lho... dengan betapa murahnya tarif pengobatan di Puskesmas, hahahaha... Berita menyedihkan pun hadir di hari kedua, karena Azriel jatuh sakit dan terpasaksa tidak melanjutkan petualangannya. 

Mencari jejak asal muasal wortel
Check up di Puskesmas

Hari ketiga adalah saat dimana bounding antar anggota kelompok sudah menjadi lebih kuat. Yaaa... bagus sih memang, tapi disinilah mulai terjadinya masalah the raising of drama queen. Layaknya anak pada usia menjelang remaja, ada anggota kelompok yang lagi hobi-hobinya bergosip. Memfokuskan dan mengkondisikan anak-anak untuk menerima materi mengenai Tempat Pembuangan Sampah sementara (elemen penyempurna) dan Ruang Terbuka Hijau (elemen suka) menjadi lebih sulit 5x lipat dibandingkan dengan hari sebelumnya. Jangankan baris rapih, bisa saling duduk bersebelahan tanpa konflik pun sudah berkah rasanya. Satu-satunya kegiatan yang sangat spesial dan bisa membuat mereka amnesia sesaat akan konflik intern kelompok adalah saat menaiki menara teratas Gedung Sate Bandung. Whooooaaa!!!! Pemandangannya super keren banget! Hanya tamu khusus lho yang diperkenankan ke sana. Anak-anak kemudian diajak untuk melakukan envisioning tentang Kota Bandung di tahun 2035.

TPS terpadu Sabuga

Setiap harinya anak-anak melakukan sensitization secara bergantian, yaitu dengan melakukan role play indera. Setiap anak di beri tugas menjadi mata/ telinga/ hidung/ tangan/ memori. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kepekaan anak. Apalah artinya berbagai materi mengenai elemen kota jika mereka tetap tidak peka dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Proses "merasa" dengan menggunakan indera diharapkan dapat membangunkan kembali kepekaan sosial mereka. Permasalahan yang mereka temui kemudian di "memori" kan melalui foto. Berbagai foto-foto di atas adalah contoh dari hasil sensitization. Penasaran dengan hasil foto-foto lainnya dari Penjelajah Gunung? Silahkan klik di sini yaaa. 

Saya banyak sekali belajar dari city adventure selama 3 hari ini. Saya berproses mengenai banyak hal. Merasa sangat bersyukur sekali bisa berpartner dengan Apeng, yang sangat kooperatif. Flow perasaan kami saat bersama anak-anak sudah bukan naik turun lagi, tapi sudah bungee jumping !!!!!!!!  

Whohooooo.... Sudah tak terhitung lagi berapa kali kami harus mendetensi diri sendiri untuk mundur dari kelompok sesaat, hanya demi minum perlahan, bernapas perlahan, dan mengatur denyut nadi agar kembali perlahan, hahahahahaha!! What an epic adventure!!


Oh iya, masih ada 2 episode Riung Gunung lagi nih!
Penasaran ?!?






with  hug,
Indah Budi Utari

No comments:

Post a Comment