Sunday, August 10, 2014

Tentang pilihan 





Banyak yang bilang, hidup ini sebenarnya perkara pilihan. Tentu sudah tak terhitung lagi, berapa banyak moment dimana kita dihadapkan dalam kondisi "harus memilih". Entah itu dalam keriaan, kesedihan, kebingungan, ataupun ketidakberdayaan. Mampu memilih merupakan suatu kemewahan. Sangat mewah bahkan. Mengapa? karena tak semua hal bisa di pilih. Kita tokh tetap tidak bisa memilih kapan akan menghadapi kematian, kapan akan dilahirkan, dan kapan akan berjumpa dengan mereka-mereka yang disebut sebagai sigaraning nyawa.  

Bagi saya, usia 20'an adalah periode selfish years. Periode egois. Because we are old enough to make the right desicion and young enough to make the wrong one. Tidak munafik, berkali-kali saya mengambil pilihan secara egois. Namun pada akhirnya pengalaman "merasa" yang saya alami menjadi semakin kaya dan semakin banyak pula pelajaran konsekuensi yang dapat saya pahami. Sesekali kita memang harus jatuh, biar tahu bagaimana rasanya sakit. 

Akhir tahun lalu, saya mendapat kesempatan bertemu dengan seorang pria yang sangat istimewa. Saya memanggilnya Mr. Sujinda. Beliau adalah supervisor laboratorium saya selama kegiatan pertukaran pelajar di Universitas Mahidol, Thailand. Hari-hari bersama Mr. Sujinda penuh dengan kejutan dan diskusi. Dalam setiap kesempatan diskusi, beliau mampu membentangkan sudut pandang pemikiran dan kesadaran baru serta membangunkan kepekaan yang sudah lama tertidur. Pada saat hari terakhir berdiskusi, Mr. Sujinda memberikan saya kemewahan. Ya, beliau memberikan saya pilihan. 


". . . and now, I want you to make a list about -what are you looking in life?"

"Based on these . . .

ujarnya sambil menuliskan beberapa kata.




Saya pun kemudian tenggelam dalam perenungan dan pertimbangan selama beberapa saat. Setelah selesai memilih dan mengurutkan kedelapan hal tersebut, akhirnya saya siap mendiskusikannya. Akan tetapi Mr. Sujinda dengan segera berkata, I don’t want to know about your list, but you must remember; Do not ever complain about your decision!". Saya pun di buat tertegun dengan closure tersebut. Bagaimana beliau mampu memberikan oleh-oleh yang sangat berarti bagi saya. Oleh-oleh berharga sebagai pengingat di kala diri sedang egois. 





". . . and now, how about you?"

 "what are you looking in life?"






with  hug,
Indah Budi Utari

3 comments:

  1. memang segala sesuatu harus disertai dengan segala macam pilihan. seperti kita mau gak mau harus memelih dewasa walauoun secara mental belum siap.. salam kenal..

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar sekali mas...
      bagaimana? sudah ikut membuat daftar rangking "what are you looking in life?"
      silahkan di coba.
      Terima kasih sudah mampir. Salam kenal juga :)

      Delete
  2. mbak, aku ngasih liebster award nih. cek ya http://nirwana-hawra.blogspot.com/2014/08/the-liebster-award-pertama.html

    ReplyDelete